Mungkin sebagian kita pernah
bertanya-tanya, kenapa susunan ayat dalam al-qur'an bisa seperti yang kita
lihat sekarang ini, padahal ayat-ayat tersebut turun dalam urutan yang berbeda.
Al-qur'an mulai dibukukan beberapa tahun setelah meninggalnya nabi, khalifah
saat itu mulai melakukan ini karena gugurnya 60 orang penghafal al-qur'an
dalam sebuah perang. Mereka takut akan kemungkinan al-qur'an diwariskan dengan
tidak lengkap pada generasi selanjutnya, mengingat selama ini setiap kali rasul
mendapatkan wahyu, para sahabat hanya menghafal dan menulisnya di daun lontar
atau pelepah korma.
Susunan al-qur'an yang kita temui saat ini sama dengan yang tersimpan di lauh mahfuzh, maka mustahil bahwa susunan ini hanya berdasarkan kesepakatan para sahabat (taufifi), pastilah susunan itu berdasarkan instruksi atau amanat rasul (tauqifi). Ketika wahyu diturunkan, dan rasul menyuruh para sahabat untuk menghafal dan menulisnya di daun lontar atau pelebah korma, rasul juga memberikan informasi dimana urutan ayat ini diletakkan dalam al-qur'an (misalnya, ayat ini berada antara ayat ini dan ayat itu, atau ayat ini terletak setelah ayat itu, dsb), dan ketika satu surat sudah lengkap diturunkan maka rasul akan membawakannnya dalam sholat agar para sahabat familiar dengan urutannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar